Timnas Garuda boleh bangga dengan prestasi sebagai tim Asia pertama yang pernah ikut dalam perhelatan Piala Dunia 1938, walaupun membawa nama Hindia Belanda. Selain itu, julukan Macan Asia juga sempat membanggakan Indonesia di era tahun 1970-1990an, ketika masih ada Ronny Pattinasarany cs hingga era Widodo C.Putra dkk. Namun kini, timnas Garuda di era Bambang Pamungkas seakan ditelan bumi. Tiada prestasi, hanya konflik internal yang terus berkepanjangan.
Konflik di tubuh internal Garuda dimulai sejak digerogotinya PSSI era Nurdin Halid, hingga pemilihan Djohar Arifin sebagai Ketua Umum PSSI; serta munculnya liga tandingan Liga Super Indonesia (LSI), yakni Liga Primer Indonesia (LPI).
Era Nurdin Halid sebagai Ketum PSSI berakhir pada 1 April 2011. Kemunculan LPI yang disahkan oleh Menteri Olahraga, Andi Mallarangeng, yang dianggap sebagai pemicu utama konflik oleh kubu Nurdin. Namun, status kriminal (korupsi) yang dimilikinyalah yang akhirnya menggusur Nurdin dari tampuk PSSI. Berbagai desakan dari FIFA, wakil presiden Jusuf Kalla, hingga beberapa anggota DPR membuatnya rela melepas kekuasaan 8 tahun di PSSI.
PSSI di era Nurdin faktanya memang tidak pernah meraih hasil juara. Hanya gelar Runner Up sebanyak 4 kali yang diraih timnas Garuda di ajang Piala AFF. Selain itu, regenerasi pemain timnaspun mati di eranya. Parahnya, langkah instan dilakukan Nurdin cs, yakni naturalisasi. Langkah instan yang dilakukan PSSI kala itu, di tengah-tengah tuntutan mundur bagi sang Ketum. Suatu langkah yang tidak bijaksana karena semakin memupus asa bakat-bakat pemain muda, untuk bisa membela timnas Garuda.
Selepas Nurdin, satu sosok baru diharapkan memberi perubahan PSSI dan timnas Garuda, yakni di tangan Djohar Arifin. Namun sayangnya, langkah Djohar untuk menyingkirkan pejabat lama di era Nurdin, serta pembuatan format baru liga Indonesia, LPI, yang notabene sebelumnya juga berkonflik dengan LSI, menghasilkan konflik berkelanjutan hingga kini.
Format LSI yang dihapus Djohar coba dibangkitkan kembali oleh pelaku PSSI lama era Nurdin. Dimulai dari kemunculan suatu Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia yang membuat PSSI tandingan, pengangkatan La Nyala Mattaliti sebagai Ketum, hingga pembentukan timnas tandingan di bawah asuhan comeback nya Alfred Riedl. Saling tuding muncul di antara PSSI Djohar denggan PSSI La Nyala, hingga saling rebut pemain untuk memperkuat Timnas Garuda.
Langkah unifikasi atau penyatuan di antara kedua pihak berseteru (LPI vs LSI), yang digagas Badan Sepakbola Asia AFC pun sudah dilakukan. Namun, kekerasan hati di antara kedua pihak serta orang-orang di balik layar merekalah yang semakin memperkeruh kondisi ini.
Entah sampai kapan konflik ini bisa berhenti dan para pemain bintang dari kedua kubu bisa menyatu. Namun yang pasti, ada kecintaan di hati para pemain Indonesia, baik dari pihak LPI maupun LSI, untuk bergabung menjadi satu timnas Garuda. Tidak peduli siapa itu pemimpin PSSI nya, tidak peduli siapa itu pelatihnya; yang rakyat Indonesia pedulikan adalah agar PSSI, liga, dan pemain tim nasional bisa menyatu.
Pertanyaannya, �Kapan Ya??�. Jawabannya, �Didoakan Saja!!� | jadiberita.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar