Alat pendeteksi kebohongan atau tes poligraf sering digunakan polisi ketika sedang menginterogasi seorang tersangka. Dengan demikian, polisi dapat mengetahui apakah jawaban yang diberikan tersangka jujur atau tidak.
Nah, di India tidak hanya polisi saja yang dapat menggunakannya karena orang biasa pun dapat menyewa jasanya. Alat pendeteksi kebohongan yang biasanya hanya digunakan oleh kepolisan kini disewakan oleh sebuah perusahaan swasta. Perusahaan swasta tersebut adalah perusahaan konsultasi Helix Advisory yang terletak di Mumbai, India.
Deepti Puranaik, ilmuwan penguji poligraf Helix mengatakan bahwa perusahaan tempat ia bekerja dapat melakukan beberapa tes setiap minggunya. Biasanya pelanggan mereka adalah pihak swasta yang mampu membayar 150 � 300 dolar (1,5 � 3 juta rupiah) untuk sekali tes.
Direktur perusahaan jasa konsultasi Helix, mengatakan bahwa perusahaan Helix menyewakan alat pendeteksi kebohongan untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Selain menjadi solusi bagi beberapa pihak, perusahaan konsultasi Helix juga menjamin kerahasiaan pelanggannya.
Jasa sewa pendeteksi kebohongan sering dilakukan untuk menangkap pelaku dalam kasus pencurian di sebuah perusahaan, atau pencurian dalam rumah tangga dengan asisten rumah tangga sebagai tersangkanya, hingga kasus perselingkuhan rumah tangga. Contohnya saja banyak pelanggan yang menyewa adalah para istri yang ingin mengetahui apakah suaminya selingkuh atau tidak. Selain itu juga banyak perusahaan swasta yang menyewa alat poligraf untuk mengetahui apakah calon karyawan yang sedang diinterviewnya berbohong atau tidak.
Namun Rukmani tidak dapat menjamin alat tersebut 100% akurat. Poligraf yang ditemukan oleh William Marston bekerja dengan mengukur perubahan fisiologis manusia. Alat yang diciptakan oleh psikolog Amerika pada tahun 1917 ini mengukur tingkat perubahan tekanan darah, keringat dan tarikan nafas yang dialami seseorang. Oleh karena itu, akurasinya hanya mampu mencapai 80%.
Lantas, mengapa banyak orang yang rela membayar mahal perusahaan Helix daripada pergi ke polisi? Jawabannya adalah karena mereka ingin merahasiakannya dari pihak media. Kebanyakan kasus yang dibawa ke pihak polisi, ujung � ujungnya akan tersebar luas oleh media massa. Apalagi perusahaan besar yang mengalami tindak korupsi karyawan di dalamnya. Tentu perusahaan tersebut tidak mau hal semacam ini tereksploitasi kepada publik. Itulah mengapa bisnis sewa alat poligraf ini lambat laun menjamur dan menjadi trend di India.
Namun hal ini pun mengundang kontra dari pihak kepolisian dan pengadilan India. Karena peran perusahaan Helix seperti mengambil peran pengadilan resmi. Bisa saja suatu pihak main hakim sendiri. Bila sudah begitu, tentu saja tidak ada hukum yang jelas untuk menegakkan keadilan.
Bharat Chugh, advokat di Mahkamah Agung India mengatakan harus ada regulasi jelas yang mengatur perusahaan swasta yang menyediakan jasa sewa tes poligraf. Karena menurut Bharat Chugh, hal ini dapat membuat pihak swasta melakukannya untuk menghasilkan uang, sedangkan pihak swasta sendiri tidak punya hukum dan aturan mainnya. Dengan tidak adanya sistem hukum tersebut, bisa memicu sebuah pihak untuk main hakim sendiri. Oleh karena itu, hal ini merupakan trend yang sangat berbahaya.
Namun Rukmanik Krishnamurthy yakin bahwa perusahaan seperti Helik akan terus dibutuhkan, baik oleh swasta maupun individu. Kecuali pemerintah mampu membangun lebih banyak laboratorium forensik di India serta menawarkan penawaran yang lebih baik daripada apa yang ditawarkan Helix. | jadiberita.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar