Demikian dari hasil penelitian Universitas California Los Angeles (UCLA) yang diterbitkan secara online di Jurnal Psikologi Keluarga, seperti dikutip USA Today, Rabu (19/9).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama empat tahun terhadap 464 pengantin baru itu, orang yang merasa tidak yakin dengan pernikahan bakal berdampak pada ketidakbahagian setelah menikah. Diantara pasangan tersebut, para suami memiliki keraguan lebih besar 9 persen dari istri, yakni sebanyak 47 persen suami dan 38 persen istri mengaku sempat merasa ragu-ragu.
Sementara, dari pihak istri, 19 persen yang merasa ragu sebelum menikah ternyata memutuskan bercerai empat tahun kemudian. Dari pihak suami, sebanyak 14 persen yang mengaku ragu juga bercerai empat tahun kemudian.
�Pertanyaan yang diajukan dalam riset ini adalah �Apakah Anda pernah merasa ragu-ragu untuk menikah?� dengan jawaban ya atau tidak,� kata Peneliti UCLA, Justin Lavner.
�Pertanyaan ini memang lebih baik, karena sangat mendasar. Namun, ini tidak mengungkap sumber keraguan itu secara spesifik. Apakah ragu dengan pasangan atau ragu dengan pernikahan itu secara umum. Keraguan yang spesifik mengenai hubungan atau pasangan dianggap lebih berbahaya dibandingkan keraguan atas pernikahan secara umum,� tambahnya.
Senada dengan hasil riset diatas, Pengacara Keluarga di Short Hills, New Jersey, Susan Winters menyatakan bahwa sering kali tanda-tanda yang bakal jadi persoalan setelah menikah itu sebenarnya muncul sebelum pernikahan. Namun, orang cenderung mengabaikan tanda-tanda ini.
Selain itu, studi ini juga menemukan sebanyak 36 persen pasangan tidak punya keraguan sebelum menikah. Namun, jelas Lavner, hal ini bukan berarti pernikahan pasti bertahan. Sebab, 6 persen dari pasangan yang tidak punya keraguan ini ternyata bercerai. | jadiberita.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar