Di provinsi Yunnan dan Sichuan, Cina, terdapat satu kelompok etnis yang disebut suku Mosuo. Terdiri dari sekitar 40.000 penduduk yang sebagian besar tersebar di sekitar Danau Lugu, di ketinggian gunung Himalaya.
Suku ini menganut sistem matriarki, yakni suatu bentuk tatanan masyarakat dimana perempuan dijadikan pemimpin dan bertindak sebagai garis keturunan perempuan. Suku Mosuo juga dikenal sebagai kerajaan perempuan, karena merupakan salah satu dari beberapa masyarakat matriarkal yang tersisa di dunia.
Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan peternak. Daging adalah konsumsi utama mereka, karena tidak memiliki lemari pendingin, daging biasa diawetkan dengan cara digarami dan diasap. Melalui cara tersebut, daging bisa disimpan selama 10 tahun. Suku Mosuo pun menghasilkan minuman lokal beralkohol yang terbuat dari biji-bijian, yakni Sulima. Sulima biasa disajikan kepada tamu dan pada upacara-upacara tertentu.
Setelah perempuan Mosuo beranjak dewasa, mereka mulai diajarkan cara mengurus semua pekerjaan rumah tangga. Mulai dari memasak, membersihkan rumah, mencari kayu bakar, membuat kain tenun, memberi makan ternak dan bertani. Sebaliknya, para pria Mosuo hampir tidak diberi tanggung jawab, kecuali menjaga ternak. Selebihnya, mereka bersantai sepanjang hari.
Perempuan Suku Mosuo Bebas Berganti Pasangan Seks 1 Perempuan Suku Mosuo Bebas Berganti Pasangan Seks Setiap keluarga suku Mosuo selalu dipimpin seorang perempuan yang handal dan sangat dihormati oleh anggota lainnya. Perempuan memiliki hak untuk membuat keputusan dalam menangani urusan keluarga.
Suku Mosuo tidak mengenal ikatan pernikahan, melainkan Zou Hun atau �pernikahan berjalan�. perempuan Mosuo yang ingin punya anak berhak melakukan hubungan seks dengan pria mana saja yang ada di desa. Hubungan mereka hanya berdasarkan pada kasih sayang bersama.
Setiap gadis dewasa memiliki kamar tidur pribadi. Jadi, para pria dapat mengunjunginya pada malam hari, tetapi harus pergi keesokan harinya. Jika seorang gadis ingin mengakhiri hubungan, ia akan menutup pintu atau meletakkan sepasang sepatu lelaki di luar pintu. Jika seorang anak lahir, bayi mereka secara eksklusif milik ibu dan akan mewarisi nama keluarganya. Hingga kini, tradisi pernikahan Zou Hun masih berlangsung, bahkan pemerintah setempat berupaya agar tradisi tersebut terjaga kelestariannya dan tidak punah. | uniqpost.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar